Yang Pertama Kali Turun
Pendapat yang paling shahih mengenai yang pertama kali turun adalah firman Allah ta’ala:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ
الَّذِي خَلَقَ، خَلَقَ الْأِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ، اقْرَأْ وَرَبُّكَ
الْأَكْرَمُ، الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ، عَلَّمَ الْأِنْسَانَ مَا لَمْ
يَعْلَمْ
Artinya: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmu paling mulia. Yang mengajar manusia dengan perantaraan
qalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (manusia
tersebut).” (QS. Al-‘Alaq [96]: 1-5)
Pendapat ini berdasarkan hadits shahih riwayat Al-Bukhari dan Muslim
serta yang lainnya dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha yang menceritakan
tentang malaikat yang menemui Nabi di gua hira dan memintanya untuk
membaca.
Ada juga yang berpendapat bahwa surah yang pertama kali turun adalah
surah Al-Muddatstsir. Ini didasarkan pada hadits Jabir ibn ‘Abdillah
radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim yang
mengindikasikan pernyataan Jabir bahwa surah yang pertama kali turun
adalah surah Al-Muddatstsir. Namun, berdasarkan penelitian berbagai
riwayat, para ulama muhaqqiq menjelaskan bahwa surah Al-Muddatstsir ini
maksudnya adalah surah yang turun pertama kali secara lengkap, sedangkan
surah Al-‘Alaq di awal hanya turun sebagiannya saja. Atau bisa juga,
Al-Muddatstsir ini adalah surah yang pertama kali turun setelah wahyu
sempat terhenti beberapa lama.
Ada juga pendapat lain yang bisa dilihat di kitab-kitab ‘Ulumul
Qur’an, namun kembali lagi, pendapat yang paling shahih dan paling jelas
riwayatnya adalah surah Al-‘Alaq ayat 1-5 yang merupakan ayat atau
surah yang pertama kali turun.
Yang Terakhir Kali Turun
Ada yang berpendapat, ayat yang terakhir kali turun adalah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum diambil).” (QS. Al-Baqarah [2]:
278)
Pendapat ini didasarkan pada hadits riwayat Al-Bukhari dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
Ada juga yang berpendapat bahwa ayat yang terakhir kali turun adalah ayat:
وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ
Artinya: “Dan peliharalah diri kalian dari azab yang terjadi pada
suatu hari yang waktu itu kalian semua dikembalikan kepada Allah.” (QS.
Al-Baqarah [2]: 281)
Ini berdasarkan hadits riwayat An-Nasai dan lainnya dari Ibnu ‘Abbas dan Sa’id ibn Jubair.
Ada juga yang berpendapat bahwa ayat yang terakhir kali turun adalah ayat:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمّىً فَاكْتُبُوهُ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berutang untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” (QS. Al-Baqarah
[2]: 282)
Ini berdasarkan riwayat dari Sa’id ibn Al-Musayyib.
Berdasarkan pengkajian, para ulama muhaqqiq kemudian mencoba
mengumpulkan tiga riwayat di atas dan menyatakan bahwa tiga ayat di
atas diturunkan secara bersamaan, dan urutannya sebagaimana di mushhaf.
Hal ini karena tiga ayat tersebut membahas satu cerita dan saling
berhubungan. Sedangkan riwayat-riwayat yang ada di atas merupakan
penyebutan bagian dari yang terakhir kali diturunkan tersebut.
Adapun tentang ayat ketiga surah Al-Maidah berikut ini:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلامَ دِينًا
Artinya: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian diin kalian,
telah Kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam
sebagai diin kalian.” (QS. Al-Maaidah [5]: 3)
Ayat ini turun di ‘Arafah pada saat haji wada’. Dan berdasarkan
riwayat yang ada, ayat-ayat yang telah disebutkan sebelumnya turun
setelah surah Al-Maaidah ayat 3 ini.
Para ulama muhaqqiq kemudian menjelaskan maksud penyempurnaan diin
di ayat ini adalah Allah ta’ala telah memberikan nikmat yang cukup pada
kaum muslimin saat itu dengan menempatkan mereka di Tanah Haram,
menjauhkan orang-orang musyrik daripadanya, dan menghajikan mereka tanpa
ada satu pun orang musyrik yang ikut serta, padahal sebelumnya
orang-orang musyrik selalu ikut serta dalam berhaji. Wallahu a’lam bish shawwab.
No comments:
Post a Comment