Di
sebuah rumah kecil berdindingkan kardus dan beratapkan seng. Tinggal seorang
laki-laki. Ia hidup sebatang kara di usianya yang sudah mulai renta renta. Ia
tak punya sanak saudara. Dalam keadaan yang sedang sulit pada waktu itu,
istrinya justru pergi entah kemana dan membawa kedua anak mereka yang masih
balita. Pamitnya mau ke pasar, tapi sampai saat ini belum tampak batang
hidungnya. Miris memang. Istri yang seharusnya mendukung sang suami yang sedang
terpuruk justru malah lari dari kenyataan hidup. Akan tetapi, laki-laki itu tak
pernah merasa dendam kepadanya. Ia justru mendo’akan semoga orang yang begitu
ia cintai dulu, kini hidupnya selalu bahagia. Dan semoga saja ia mendapat
pasangan yang jauh lebih baik dan dapat membahagiakannya lahir dan batin.
Sungguh mulia manusia ini.
Meskipun
akhir-akhir ini ia mempunyai permasalahan dengan penglihatannya, namun ia tetap
bekerja demi memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Walaupun tak bisa melihat tapi
ia bisa pergi kemana-mana tanpa bantuan orang lain. Sepertinya mata batinnya
sangat kuat. Seakan ada yang menuntunnya untuk menuju tempat yang ia inginkan.
Pagi-pagi
sekali ia telah bersiap untuk menuju tempatnya bekerja. Ia bekerja sebagai
penjaga tambak ikan salah seorang tetangganya. Tiap hari ia harus menguras dan
mengisi air di tambak ikan lele ini. Tentunya bukan hal yang mudah baginya.
Mengingat ia tak bisa melihat apa yang ada disekitarnya. Di awal-awal bekerja
dulu, tak jarang ia banyak sekali melakukan kesalahan. Akan tetapi tampaknya
saat ini ia telah hafal dimana dan harus bagaimana serta apa yang harus ia
lakukan.
Tak
pernah ada rasa lelah yang muncul dari dalam dirinya. Ia seorang yang gigih dan
anti putus asa dalam menjalani hidup. Tak pernah sekalipun ia menoleh atau
bahkan mundur ke belakang. Langkahnya tegas dan berani tak pernah ada ragu-ragu
sedikit pun. Selalu bersyukur dan berjuang menghabiskan sisa hidup dengan suatu
hal yang berguna. Baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Perjalanan
hidupnya yang penuh lika-liku serta perjuangannya yang tak kenal lelah rupanya
telah terlihat dan diketahui orang luas. Bahkan cerita kegigihannya hingga
sampai ke telinga seorang dermawan. Begitu mendengar ceritanya dermawan
tersebut sangat takjub dan ingin segera menemui bapak ini.
Tak
menunggu waktu lama, ia segera bertemu dengan bapak ini. Ia ingin sekali
membantunya. Mungkin ini adalah hari yang terbaik untuk laki-laki itu. Ia
kedatangan tamu seorang dermawan yang baik hati dan siap membantunya. Ia sangat
bersyukur kepada Tuhan. Ternyata masih banyak orang yang peduli terhadapnya.
Kini
kehidupannya sudah mulai membaik. Ia telah mempunyai tempat tinggal yang layak
dan segala kebutuhannya bisa tercukupi. Kini ia tak perlu bekerja keras seperti
dulu lagi. Akan tetapi ia tak mau berhenti bekerja. Ia adalah tetap yang dulu
meskipun secara ekonomi telah tercukupi segalanya. Ia lebih bangga jika ia
makan dari hasil jerih payahnya sendiri. Ia memang luar biasa.
Tak
ada yang tak mungkin di dunia yang sebesar dan seluas ini. Semua berawal dari
mimpi. Tinggal bagaimana kita berusaha mewujudkan mimpi itu. Jika ada kemauan
pasti ada jalan. Tapi tentunya jalannya berbeda-beda. Ada yang mulus dan juga
ada yang bergelombang. Semuanya harus kita hadapi dan jalani dengan keseriusan
tanpa takut terjatuh sebelumnya. Karena jika kita takut maka sebenarnya kita
telah terjatuh sebelum kita melewatinya. Segala sesuatu juga tidak ada yang
instan dan langsung besar. Semuanya pasti berawal dari hal kecil seperti halnya
tumbuhan. Dari sebuah biji, bisa tumbuh menjadi pohon yang besar kokoh berdiri.
Seperti halnya pohon pula yang dapat di manfaatkan menjadi perabot dan bahan
bangunan setelah ia di tebang dan mati. Kita juga butuh pengorbanan dalam
memperjuangkan serta mewujudkan apa yang kita impikan.
No comments:
Post a Comment