Hari yang cerah di sebuah desa yang jauh dari hiruk
pikuk ramainya perkotaan. Aktivitas pagi sudah mulai dikerjakan para penduduk.
Meskipun di desa, tetapi kegiatan disini tak kalah sibuknya dengan di kota.
Berbeda dengan di kota yang pergi ke kantor dengan pakaian rapi. Disini mereka
sibuk megurusi sawahnya masing-masing. Tanpa seragam yang wangi. Hanya pakaian
sederhana yang lusuh dan penuh bercak getah dan lumpur.
Terlihat
seorang pemuda yang sedang duduk di depan rumah. Orang-orang kerap memanggilnya
Udin. Ia hanya tinggal bersama ibunya. Ayahnya pergi merantau ke Kalimantan demi
mencukupi kehidupan mereka. Mereka memang tak mempunyai sawah atau ladang
seperti lainnya. Dulu memang punya. Tapi sekarang tidak ada karena sudah habis
terjual untuk biaya pengobatan Udin.
Waktu
masih kecil, Udin sakit keras. Awalnya memang cuma demam, tapi karena tak
segera ditangani akhirnya menjadi semakin parah dan fatal akibatnya. Sejak saat
itu Udin mengalami kelumpuhan. Kedua kakinya tidak bisa merasakan apa-apa
hingga ia tak bisa berjalan lagi. Ia kehilangan masa kecil bahagianya.
Kesehariannya ia cuma mendapatkan cemoohan dari teman-temannya.
Begitu
banyak cobaan yang menimpanya. Mulai dari kemiskinan yang mendera hingga
penyakit yang harus dideritanya. Semua itu dilaluinya dengan begitu luar biasa.
Ia selalu pasrah dan berserah diri kepada yang kuasa. Baginya semua ini adalah
takdir yang harus dihadapi dan dijalani dengan sepenuh hati. Tak ada kata putus
asa baginya. Ia begitu semangat dalam menjalani kehidupan dengan segala
keterbatasannya. Ia tak pernah menyalahkan siapa-siapa.
Dengan
keadaannya yang seperti itu, ia tak berpangku tangan begitu saja kepada orang
tuanya. Ia tak mau menyusahkan orang lain terutama dua orang yang telah
membesarkan dan merawatnya hingga saat ini. Ia selalu berusaha menemukan
bagaimana caranya supaya ia bisa berguna bagi orang lain dengan kondisinya yang
kurang memungkinkan. Sungguh mulia cita-citanya.
Berawal
dari ajaran pamannya, kini ia sangat mahir dalam membuat kerajinan dari barang
bekas. Produknya cukup di kenal dan digemari masyarakat. Sehari ia bisa
menyelesaikan beberapa karyanya. Ibunya yang menjual hasilnya ke pasar.
Terkadang konsumen rela datang jauh-jauh demi mendapatkan hasil karyanya.
Meskipun tak seberapa, namun ia mampu membantu orang tuanya dalam memenuhi
kehidupan sehari-hari mereka.
Tak
pernah ada rasa lelah yang muncul dari dalam dirinya. Ia seorang yang gigih dan
anti putus asa dalam menjalani hidup. Tak pernah sekalipun ia menoleh atau
bahkan mundur ke belakang. Langkahnya tegas dan berani tak pernah ada ragu-ragu
sedikit pun. Selalu bersyukur dan berjuang menghabiskan sisa hidup dengan suatu
hal yang berguna. Baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Bukan
hal yang mustahil, ia akan menjadi orang besar suatu hari nanti. Semangat yang
membara dan kemauan kerasnya akan membawa pada kesuksesan yang tak pernah
terduga sebelumnya. Dalam segala keterbatasan yang dideritanya, ia mampu
berkarya dan terus berkarya. membuktikan bahwa ia mampu dan tak selayaknya
diremehkan dan dipandang sebelah mata. Ia menginspirasi banyak orang dengan apa
yang ia lakukan. Hal kecil bisa menjadi besar ketika ada kemauan keras untuk
mewujudkannya. Sekecil apapun itu pasti bisa. Selalu yakin pada sang kuasa.
Tak
ada yang tak mungkin di dunia yang sebesar dan seluas ini. Semua berawal dari
mimpi. Tinggal bagaimana kita berusaha mewujudkan mimpi itu. Jika ada kemauan
pasti ada jalan. Tapi tentunya jalannya berbeda-beda. Ada yang mulus dan juga
ada yang bergelombang. Semuanya harus kita hadapi dan jalani dengan keseriusan
tanpa takut terjatuh sebelumnya. Karena jika kita takut maka sebenarnya kita
telah terjatuh sebelum kita melewatinya. Segala sesuatu juga tidak ada yang
instan dan langsung besar. Semuanya pasti berawal dari hal kecil seperti halnya
tumbuhan. Dari sebuah biji, bisa tumbuh menjadi pohon yang besar kokoh berdiri.
Seperti halnya pohon pula yang dapat di manfaatkan menjadi perabot dan bahan
bangunan setelah ia di tebang dan mati. Kita juga butuh pengorbanan dalam
memperjuangkan serta mewujudkan apa yang kita impikan.
No comments:
Post a Comment