Cari

Monday 26 September 2016

TERPAAN BADAI KEHIDUPAN



              Hari yang cerah di sebuah desa yang jauh dari hiruk pikuk ramainya perkotaan. Aktivitas pagi sudah mulai dikerjakan para penduduk. Meskipun di desa, tetapi kegiatan disini tak kalah sibuknya dengan di kota. Berbeda dengan di kota yang pergi ke kantor dengan pakaian rapi. Disini mereka sibuk megurusi sawahnya masing-masing. Tanpa seragam yang wangi. Hanya pakaian sederhana yang lusuh dan penuh bercak getah dan lumpur.
            Terlihat seorang pemuda yang sedang duduk di depan rumah. Orang-orang kerap memanggilnya Udin. Ia hanya tinggal bersama ibunya. Ayahnya pergi merantau ke Kalimantan demi mencukupi kehidupan mereka. Mereka memang tak mempunyai sawah atau ladang seperti lainnya. Dulu memang punya. Tapi sekarang tidak ada karena sudah habis terjual untuk biaya pengobatan Udin.
            Waktu masih kecil, Udin sakit keras. Awalnya memang cuma demam, tapi karena tak segera ditangani akhirnya menjadi semakin parah dan fatal akibatnya. Sejak saat itu Udin mengalami kelumpuhan. Kedua kakinya tidak bisa merasakan apa-apa hingga ia tak bisa berjalan lagi. Ia kehilangan masa kecil bahagianya. Kesehariannya ia cuma mendapatkan cemoohan dari teman-temannya.
            Begitu banyak cobaan yang menimpanya. Mulai dari kemiskinan yang mendera hingga penyakit yang harus dideritanya. Semua itu dilaluinya dengan begitu luar biasa. Ia selalu pasrah dan berserah diri kepada yang kuasa. Baginya semua ini adalah takdir yang harus dihadapi dan dijalani dengan sepenuh hati. Tak ada kata putus asa baginya. Ia begitu semangat dalam menjalani kehidupan dengan segala keterbatasannya. Ia tak pernah menyalahkan siapa-siapa.
            Dengan keadaannya yang seperti itu, ia tak berpangku tangan begitu saja kepada orang tuanya. Ia tak mau menyusahkan orang lain terutama dua orang yang telah membesarkan dan merawatnya hingga saat ini. Ia selalu berusaha menemukan bagaimana caranya supaya ia bisa berguna bagi orang lain dengan kondisinya yang kurang memungkinkan. Sungguh mulia cita-citanya.
            Berawal dari ajaran pamannya, kini ia sangat mahir dalam membuat kerajinan dari barang bekas. Produknya cukup di kenal dan digemari masyarakat. Sehari ia bisa menyelesaikan beberapa karyanya. Ibunya yang menjual hasilnya ke pasar. Terkadang konsumen rela datang jauh-jauh demi mendapatkan hasil karyanya. Meskipun tak seberapa, namun ia mampu membantu orang tuanya dalam memenuhi kehidupan sehari-hari mereka.
            Tak pernah ada rasa lelah yang muncul dari dalam dirinya. Ia seorang yang gigih dan anti putus asa dalam menjalani hidup. Tak pernah sekalipun ia menoleh atau bahkan mundur ke belakang. Langkahnya tegas dan berani tak pernah ada ragu-ragu sedikit pun. Selalu bersyukur dan berjuang menghabiskan sisa hidup dengan suatu hal yang berguna. Baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
            Bukan hal yang mustahil, ia akan menjadi orang besar suatu hari nanti. Semangat yang membara dan kemauan kerasnya akan membawa pada kesuksesan yang tak pernah terduga sebelumnya. Dalam segala keterbatasan yang dideritanya, ia mampu berkarya dan terus berkarya. membuktikan bahwa ia mampu dan tak selayaknya diremehkan dan dipandang sebelah mata. Ia menginspirasi banyak orang dengan apa yang ia lakukan. Hal kecil bisa menjadi besar ketika ada kemauan keras untuk mewujudkannya. Sekecil apapun itu pasti bisa. Selalu yakin pada sang kuasa.
            Tak ada yang tak mungkin di dunia yang sebesar dan seluas ini. Semua berawal dari mimpi. Tinggal bagaimana kita berusaha mewujudkan mimpi itu. Jika ada kemauan pasti ada jalan. Tapi tentunya jalannya berbeda-beda. Ada yang mulus dan juga ada yang bergelombang. Semuanya harus kita hadapi dan jalani dengan keseriusan tanpa takut terjatuh sebelumnya. Karena jika kita takut maka sebenarnya kita telah terjatuh sebelum kita melewatinya. Segala sesuatu juga tidak ada yang instan dan langsung besar. Semuanya pasti berawal dari hal kecil seperti halnya tumbuhan. Dari sebuah biji, bisa tumbuh menjadi pohon yang besar kokoh berdiri. Seperti halnya pohon pula yang dapat di manfaatkan menjadi perabot dan bahan bangunan setelah ia di tebang dan mati. Kita juga butuh pengorbanan dalam memperjuangkan serta mewujudkan apa yang kita impikan.

No comments:

Post a Comment